Organisasi

fitrahbukhari
5 Min Read
Ilustrasi: delialestari38.files.wordpress.com

Memang kata ini terdiri dari satu kata, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia juga telah memasukkannya sebagai satu kata. Namun jika ditelaah, sesungguhnya kata ini dapat dipenggal menjadi dua kata, pertama organ dan kedua isasi. Konsonan pertama, organ, dapat diartikan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat fungsi tugas tertentu. Kedua, isasi, jika kita telaah, isasi ini merupakan kata tambahan yang menisbatkan sebuah proses di dalamnya.

Jadi jika kita gabungkan kedua konsonan yang kita pecah tadi, maka organisasi adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat pelaksanaan fungsi tugas masing-masing. Mungkin pada awalnya, nama ini mengindikasikan bahwa ada sebuah proses panjang dalam kesatuan di dalamnya. Semuanya bergerak dan telah memiliki tugas tersendiri dan dengan tujuan yang sama. Jadi sebuah organisasi adalah kumpulan manusia yang memiliki tugas dan fungsinya sendiri dan pergerakannya untuk sebuah tujuan tertentu. Jika kita pandang hal tersebut, maka fungsi organisasi adalah untuk menggerakkan anggotanya, melatih diri menjadi pribadi yang bertanggung jawab karena diamanahkan menjalankan tugas-tugas tertentu.

Dalam perspektif sejarah kebangsaan, sumbangan organisasi bagi kemerdekaan Indonesia amat besar. Mayoritas, organisasi pergerakan yang berdiri awal abad 20-an yang diinisiasi oleh cendikiawan-cendikiawan Indonesia menjadi cikal bakal Nasionalisme Indonesia. organisasi seperti Budi Utomo, Jong Java, Jong Celebes, Sekar Rukun menjadi pemupuk rasa kebangsaan Indonesia. mereka membuat organisasi untuk melatih kepekaan, melatih diri meningkatkan kesadaran pengetahuan anggotanya untuk sadar akan adanya ketimpangan yang terjadi dalam proses kolonialisme.

Di dalamnya mereka berproses, berdiskusi, berdialektika dalam ide dan gagasan tentang pentingnya pengetahuan dan menyebarkan pengetahuan pada masyarakat yang kurang beruntung. Mereka berdialektika soal mengapa kolonialisme masih bercokol di bumi pertiwi, mengapa kaum feodal tua masih nikmat tinggal di singgasananya, walau banyak rakyat yang mati kelaparan. Setelah berdiskusi panjang, mereka menyusun rencana untuk membebaskan rakyat dari belenggu kelaparan dan kebodohan juga dari mentalitas inferior yang sengaja ditanamkan oleh Belanda. Hingga akhirnya, usaha mereka berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Jika kita melihat organisasi dari perspektif idealis di atas, maka kita akan sesak nafas melihat perilaku organisasi sekarang dalam tataran praksis. Betapa banyak organisasi yang bertebaran di Indonesia saat ini, ada organisasi politik (partai), ada organisasi mahasiswa, organisasi keagamaan, kesemuanya seperti telah kehilangan elan vital budaya organisasi seperti dicontohkan para pendiri bangsa.

Utamanya organisasi mahasiswa, Kini, mereka tidak kurang dari sekumpulan orang yang tidak lagi merasa penting untuk mempertahankan kemewahan ide yang dilahirkan dari otak cerdasnya. Mereka kini lebih bangga untuk memperoleh kemewahan dari simbol-simbol organisasi yang dibuat dari emas 24 karat. Mereka tak lagi merasa mewah melahirkan gagasan orisinil, dan merasa mewah bisa sekedar berfoto bersama menteri dengan jas kebanggaannya.

Kemewahan berorganisasi bukan lagi ketika diskusi membicarakan pengetahuan umum, namun telah mengalami reduksi yang sangat telak, karena bagi mereka yang membuat bangga adalah berpidato di depan khalayak ramai dengan mengucap “mantra-mantra sampah”. Apa yang mereka keluarkan dari mulutnya hanyalah sampah yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Mantra-mantra tersebut hanyalah ulangan-ulangan dari apa yang mereka sampaikan sebelumnya, tanpa bisa mereka tambah substansinya.

Bagaimana bisa ditambah, buku pun mereka jauhi, diskusi mereka hindari. Mereka hanya mengandalkan retorika busuk yang mereka sendiri kadang tidak tahu apa yang mereka sampaikan. Pemikiran yang dihasilkan bukan lagi berlandaskan akar filsafat maupun ide yang brilian, namun disempitkan hanya melulu soal berbagi “rezeki”.

Atau lihat juga perangai yang keliru dalam kehidupan berorganisasi. Ada organisasi yang katanya menghasilkan orang-orang hebat di negeri ini. mereka begitu bangga dengan karya seniornya yang telah melintasi pimpinan negeri, dari legislatif, eksekutif, yudikatif, hingga koruptor, semua lini sudah senior mereka kuasai.

Namun sadarkah kau teman, apa yang sudah kau sumbangkan untuk organisasimu, lingkunganmu, negaramu? Kau hanya terjebak pada romantisme kegagahan seniormu yang sukses dari segi pencapaian, tapi apakah pernah kau menelaah bagaimana cara belajar seniormu hingga bisa berada pada titik tersebut? Berapa buku yang ia baca, seberapa sering ia berdiskusi, dan bagaimana ia melatih dirinya dari mulai anak-anak hingga dewasa. Apakah pernah kawan? Aku yakin tidak begitu, karena bagimu itu bukanlah yang penting, yang penting kau dan seniormu satu organisasi, bagimu itu sudah bangga bukan?

Sadarilah teman, organisasi itu bukan tempat untuk gagah-gagahan, tempat memamerkan jabatan maupun menunjukkan kuasa karena kita sedang berkuasa. Bukan itu teman, bukan! Organisasi adalah tempat dimana kau berproses, meningkatkan pengetahuan dirimu, temanmu dan juga untuk berbuat yang terbaik bagi lingkunganmu. Jika mendapatkan jabatan dalam organisasi, kau sesungguhnya hanya sedang menjadi penghuni sementara kursi yang kosong. Sadarilah.

Share This Article