Abnormal

fitrahbukhari
3 Min Read
Leadership metaphor. Isolated on white (edgecastcdn.net)

Pernah dengar nama Alan Turing? Professor di King College, Inggris yang ditugaskan khusus bersama ilmuan lain untuk memecahkan kode sandi Jerman dari mesin enigma pada Perang Dunia II.

Ah, enigma, begitu pertama kali mendengar namanya, ingin sekali aku berikan nama itu pada anak perempuanku kelak, dengan memodifikasi sedikit melalui “rasa” ke-Indonesiaan. Bisa Putri Enigmawati, Siti Enigma, atau Rabiatul enigmawiyah, sepertinya ada bayangan wanita yang terlintas dalam kepalaku ketika mendengar kata enigma.

Padahal, enigma ini adalah mesin untuk membaca sandi nazi jerman dalam perang dunia II. Setiap orang bisa membaca sandi pasukan jerman yang didapat dari enigma, masalahnya, tiada yang bisa membacanya secara tepat. Artinya sandi-sandi itu masih mentah, kita tidak mengerti apa maksud dari sandi tersebut.

celakanya, pola sandi dari enigma itu, setiap hari akan selalu berganti setiap jam 00.00. semua dikerahkan untuk memecahkan kode yang ada dalam enigma, namun semuanya gagal. Sampailah satu waktu Alan Turing berhasil membuat sebuah mesin dengan biaya 10.000 poundsterling, mesin yang kemudian diberi nama christopher olehnya.

Namun taukah kita seberapa mahalnya harga sebuah sikap abnormal dari Turing tersebut? Dalam sebuah dialog film yang secara khusus dibuat untuk menceritakan kehidupan Turing, yang berjudul The Immitation Games, teman wanita Turing kira-kira berkata, “andai kamu hidup normal, mungkin perang dunia II masih berlanjut”. Hal ini terjadi dikarenakan Turing berhasil menciptakan mesin yang kemudian ia beri nama Christopher, yang merupakan teman gay-nya.

Turing saat itu merasa amat terpukul ketika mendengar christopher meninggal dunia, karenanya ia berusaha untuk menghadirkan sosok “christopher” yang lain untuk menggantikannya. Dan ternyata, “christopher” tiruan inilah yang menjadi cikal bakal komputer yang sekarang perkembangannya sudah demikian pesat.

Ternyata, dalam sebuah prestasi, ada sebuah harga yang harus dibayar, seperti Turing, yang menjalani kehidupan yang abnormal. Itu merupakan harga yang amat sangat murah menurutku, jika dibandingkan dengan pengaruh yang ditinggalkannya bagi peradaban manusia.

Oleh karenanya, Michael Hart harus merevisi urutan dalam bukunya yang berjudul “100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah”, dengan menempatkan Turing dalam urutan 20 besar. Bayangkan, posisi 20 besar yang disusun Hart dalam bukunya, berati pengaruh Turing sama seperti Nabi Musa (16), Lenin (15), Karl Marx (11), bahkan Aristoteles (14) sekalipun. Ya, melihat perkembangan teknologi informasi seperti sekarang ini, jika tanpa seorang abnormal seperti Turing, maka kita belum tentu akan bisa menikmati keindahan dunia dalam genggaman tangan.

Share This Article