Abad Kita

fitrahbukhari
4 Min Read
Ilustrasi: jejaktapak.com

George Soroush, pialang saham populer dari negeri paman sam, dulu sempat mengeluarkan warning, bahwa ada dua hal yang akan menguasai dunia kontemporer, ekonomi dan informasi. Peringatan soroush, saat ini sudah terkonfirmasi kebenarannya. Sekarang, seluruh informasi, baik yang benar, maupun salah sudah bisa diakses luas oleh publik.

Hal ini berpengaruh pada daya kritis publik, dimana seluruh orang kini tidak sungkan untuk mengeluarkan pendapatnya. Soal benar salah urusan belakangan, yang penting bagi mereka dapat mengeluarkan pendapatnya. Di satu sisi fenomena seperti ini patut disyukuri, dibanding hidup dalam kediktatoran yang memasung kebebasan perpendapat. Namun, dengan persaingan yang sengit dan cenderung brutal ini, dibutuhkan mental yang prima untuk menjalaninya, apalagi memenangkannya.

Salah satu fenomena yang menarik untuk dicermati di era informasi kontemporer sekarang ini adalah dalam Pilpres 2014 kemarin. Ruang publik saat itu disesaki oleh pendapat-pendapat untuk menguatkan calon yang mereka dukung. Kampanye hitam, maupun kampanye yang bernada sarkastik jamak dilakukan di media massa. Hal tersebut berpengaruh pada peningkatan kesadaran masyarakat. masyarakat, yang membela calon yang terkena serangan, terpancing untuk membela serangan tersebut. Kesemuanya menjadikan ruang publik begitu sesak dilihat, karena diisi oleh serangan-serangan kampanye hitam yang kontraproduktif bagi penyehatan kehidupan demokrasi di Indonesia.

Jika dilihat secara lebih objektif, ada hal positif dari makin tingginya kesadaran masyarakat soal politik saat ini. jika dulu, zaman orde baru, orang akan berfikir seribu kali untuk mengeluarkan pendapatnya yang menurutnya benar, namun karena situasi represi dari rezim soeharto, membuat mereka mengurungkan niatnya untuk menyuarakan pendapatnya. Namun kini, saat kehidupan demokrasi sudah sedemikian megahnya, kita berhak mengeluarkan apa saja, selama tidak menyinggung perasaan orang lain, tidak jadi masalah. Permasalahannya bukan terletak pada tingkat ketersinggungan orang lain, namun pada substansi pesan yang disampaikan oleh orang tersebut.

Kini orang merasa gagah untuk mengeluarkan pendapatnya di ruang publik. Syukur-syukur pendapatnya tersebut berasal dari fikiran yang jernih dan dari pengetahuan yang luas. Namun, kita tidak boleh menutup mata, bahwa banyak pendapat-pendapat kontemporer yang justru hanya sekedar merespon dari pendapat sebelumnya tanpa didasari kontemplasi yang dalam. Hal inilah yang Penulis takutkan, bahwa ruang publik kita justru diisi oleh fikiran-fikiran dangkal yang minim literatur serta hanya bermain dalam logika dangkal. Ada semacam kegagahan baginya untuk menunjukkan bahwa “saya bisa berbicara dan berpendapat”, tetapi pernahkah dia kemudian bertanya, “apakah pendapatku sudah didasari dari landasan berfikir yang kuat?” Apa hanya sekedar mengeluarkan “sampah” yang ada dalam kepala saja?

Karenanya, ke depan kita, generasi muda bangsa ini, harus mulai cerdas dalam memilah milih informasi apa yang kita akan terima dan salurkan. Abad kita kedepan adalah abad informasi. Karenanya, bagi kalian yang memiliki perasaan bahwa pendapat kalian benar, maka bicaralah. Kuasailah informasi, jika ingin kebenaran yang kalian yakini dapat juga diterima menjadi kebenaran oleh orang lain, tentunya dengan cara yang benar. Orang lain tidak bisa membaca fikiran kalian kecuali kalian ungkapkan, karenanya beranilah berpendapat!!!

Namun, jika pun kalian masih juga sungkan untuk berbicara mengutarakan pendapat, dan masih sembunyi dalam dunia ide yang kalian idealisasikan itu, jangan pula kalian mengumpat di balik tembok megah kepintaran kalian, karena yang menghiasi ruang publik adalah bunyi nyaring yang berasal dari tong kosong. Kalian akan tergilas, kawan, eksistensi kalian akan dinihilkan jika kalian tidak bersuara. Tidak benar bahwa selamanya yang boleh berbunyi nyaring tong kosong. Abad kita nanti, mengharuskan tong padat berbunyi nyaring, Nyaring yang mencerdaskan. Adalah penting memiliki ide baik, namun lebih penting memperjuangkannya, di atasnya, memenangkannya. Selamat datang, di abad kita…

Share This Article